Kali ini Bunda
Deska mau share lagi ni... Alhamdulillah dapat ilmu, mudah-mudahan bermanfaat.
okelah... cap cus, kali ini kita bahas tentang bahasa sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Ayah Bunda tahu? Kenapa sih... mempengaruhi? *pasti sudah terpikirkan semua*. Bahasa terbagi menjadi dua, yaitu bahasa tubuh dan bahasa lisan dan bahasa adalah suatu media penyampaian pesan kita kepada orang lain. Jika kita salah penyampaian maka akan terjadi kesinambungan, kesalahpaham dan terjadilah problem. Jadi, jelas.. jika Ayah Bunda tidak bisa memilih bahasa yang baik untuk anak maka akan terjadi problem terutama jika kesalahan ini terjadi pada anak usia dini, yang dimana mereka berada pada masa keemasan (golden age). Bahasa yang disampaikan jangan sampai ada kata-kata yang mengandung kekerasan dan yang lain sebagainya yang sekiranya kedepannya mengganggu mental anak itu sendiri.
okelah... cap cus, kali ini kita bahas tentang bahasa sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Ayah Bunda tahu? Kenapa sih... mempengaruhi? *pasti sudah terpikirkan semua*. Bahasa terbagi menjadi dua, yaitu bahasa tubuh dan bahasa lisan dan bahasa adalah suatu media penyampaian pesan kita kepada orang lain. Jika kita salah penyampaian maka akan terjadi kesinambungan, kesalahpaham dan terjadilah problem. Jadi, jelas.. jika Ayah Bunda tidak bisa memilih bahasa yang baik untuk anak maka akan terjadi problem terutama jika kesalahan ini terjadi pada anak usia dini, yang dimana mereka berada pada masa keemasan (golden age). Bahasa yang disampaikan jangan sampai ada kata-kata yang mengandung kekerasan dan yang lain sebagainya yang sekiranya kedepannya mengganggu mental anak itu sendiri.
Ada beberapa tips yang perlu
dilakukan oleh orang tua, sebagai berikut:
1. Jangan pernah mengatakan yang
berbau menakut-menakuti ataupun ancaman
“Dek, kamu itu kalau tidak baca
doa sebelum makan, nanti masuk neraka loh...” lalu anak tanya “Neraka itu apa
sih bunda?” tentu saja bunda akan menerangkan apa itu neraka bukan? Kurang lebih
begini “di neraka itu.. Allah akan menghukum orang-orang yang tidak patuh dan
meninggalkan Allah, nanti badannya di sertika, tangannya di potong, minumnya
air yang sangat..... panas! Dan badan dibakar dengan api”. Ayah bunda... jika
hal ini yang ditunjukan pertama kali pada anak justru akan menanamkan pada jiwa
anak bahwa Allah itu jahat, karena anak cenderung berpikir polos karena ketidak
tahuan mereka. Lebih baik, ayah bunda menyampaikan dengan kata-kata “Dek,
sebelum makan kita berdoa dulu yuk... supaya Allah sayang sama kita”. Dengan
begitu, anak akan tertarik terhadap Allah. Kesimpulannya adalah cara membujuk
anak dengan cara menakut-menakuti dan sebuah ancaman justru akan mengalami
kesalah pahaman yang besar terhadap anak dan akan menggangu mental pada anak
itu sendiri.
2. Jangan pernah berkata “JANGAN”
pada anak
Seorang anak lahir dengan keadaan
yang tidak tahu dengan apa-apa dan dengan seiring berjalannya waktu pasti akan
tumbuh jiwa rasa ingin tahu yang sangat besar didalam dirinya. Jadi, biarlah mereka
bereksplorasi dengan keingin tahuannya itu tetapi bukan berarti ayah bunda
melepas diri, tetaplah mereka dipantau. Dengan begitu anak dapat belajar
sesuatu apa yang merugikan untuk dirinya dan sesuatu apa yang menguntungkan
untuk mereka. Dalam hal ini juga dapat memunculkan sifat kemandirian anak,
contoh: ketika anak ayah bunda berusia 3 tahun, dia memperhatikan bunda mencuci
piring, lalu dikemudian hari dia mengikuti bunda. Mencuci piringnya yang baru
saja dia pakai, kemudian piring pecah. Jangan sekali-kali ayah bunda
memarahinya lalu melarangnya, tetapi berilah pujian terhadapnya
“subhannallah... anak ayah bunda rajin sekali, yah... sayang.. piringnya pecah,
terimkasih ya.. sayang... sudah membantu ayah bunda”. Kesimpulannya adalah
bahwa keinginan seorang anak ditanggapi dengan wajar. Rasa keingin tahuan anak
harus di manfaatkan sebaik mungkin dan memang harus dipuaskan dengan jawaban
dan tindakan secara bijaksana sebagai orang tua.
3. Berucaplah dengan pengucapan bahasa
yang baik dan benar
Maksudnya adalah ketika anak Ayah
Bunda belum dapat mengucapkan salah satu huruf seperti huruf R dengan ucapan L,
maka sebaiknya Ayah Bunda tetap mengucapkan R. Contoh anak mengatakan ULAL
(ULAR) maka sebaiknya Ayah Bunda tetap mengatakan ULAR. Seorang anak yang masih
dini masih memiliki pemahaman yang minim, sesuatu yang dilihat dan didengar
adalah sesuatu yang menurut mereka harus diikuti. Jadi jika kesalahan ini terus
terisi maka akan mengakibatkan kesalahan yang mendatang, jika tidak diperbaiki
dan tidak diluruskan. Mungkin... bisa saja anak Ayah Bunda tidak akan pernah
mengenal ULAR melainkan ULAL, dan pastinya akan membutuhkan waktu yang lama
terhadap pembenaran kosa kata itu sendiri.
4. Jangan pernah MARAH ketika
anak selalu mengulang-ulang pertanyaan
Hal ini biasanya terjadi pada
anak usia 2-3 tahun, anak akan lebih cenderung terus bertanya dengan apa yang
dia lihat. Sebagai orang tua haruslah bijaksana terhadap apapun yang dilakukan
anaknya. Contoh, ketika Ayah Bunda hendak pergi berlibur dan naik kereta, anak
bertanya “itu apa Bunda? Itu apa Ayah?” satu kali pertanyaan mungkin Ayah Bunda
akan menjawab dengan lembut, lalu disusul dengan pertanyaan yang sama, tentu
Ayah Bunda akan sedikit mengalami fase menuju kekesalan, lalu disusul
pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya, Ayah Bunda akan mengalami kekesalan.
Dan itu wajar... tetapi itu bukanlah cara bijaksana jika ditanggapi dengan
amarah. Anakpun tidak tahu menau yang dipertanyaankannya secara berulang-ulang
akan menimbulkan kekesalan terhadap Ayah Bunda nya sendiri. Anda tahukah? Masa
anak usia dini adalah masa pembentukan saraf-saraf otak, Anda tahu SINAPS?.
Sinaps pada otak anak itu tipis, karena belum terisi penuh, setiap kali anak
bertanya lalu Ayah Bunda menjawab, Sinaps akan membentuk dan menebal. Begitu
pula dengan pertanyaan yang berulang-ulang yang dilakukan anak justru akan
membawanya pada kebaikan, Insya Allah anak Ayah Bunda akan cerdas. Jadi,
seharusnya Ayah Bunda bersyukur... dengan pertanyaan anak yang diulang-ulang
bukan dengan memarahinya, karena hal itu juga akan mengganggu mentalnya, bisa
saja... anak akan merasa takut untuk bertanya, dan jika anak tidak pernah
bertanya dengan apa yang ditemuinya, justru anak tidak akan pernah tahu apa itu
atau apa itu yang ditemuinya.
5. Memperjelas kosa kata anak
yang diinginkan anak-anak
Contoh anak menangis menginginkan
bola yang berada didepan Ayah Bunda untuk dilempar kearahnya, tetapi anak belum
dapat mengatakan kata MELEMPAR. Maka Ayah Bunda sebaiknya memperjelas kosa
katanya, “Oh... Melempar?”. Hal ini dilakukan supaya anak terlatih dalam
berbicara.
Terimakasih
karena sudah mampir dan mau membacanya, mudah-mudahan membawa keberkahan
tersendiri untuk kita semua. Tips dari segala sesuatunya adalah bahwa Allah
menyukai sebuah kelembutan. Jadi, pandai-pandailah berkata dan berbahasa yang
baik, Insya Allah kebaikan akan mendatangkan kebaikan. Mudah-mudahan pula Ayah
Bunda dapat menjadi orang tua yang bijaksana. Salah satu kisah yang Bunda Deska
sukai adalah riwayat dari Aisyah r a. Ketika datang segerombolan orang yahudi
dan dengan sengaja menyapa salam yang bukan “Assalamu’alaikum” yang artinya
“semoga keselamatan bagimu” tetapi orang-orang Yahudi tersebut menyapa dengan
“Assamu’alaikum” yang artinya “kematian bagimu” lalu Aisyah r a menyahut dengan
“Bal alaikum assam wa la’nah” yang memiliki arti “Sebaliknya bagi kamulah
kematian dan laknat”. Mendengar hal itu Rasulullah pun menegur “Aisyah..
istriku yang solekha.. Allah menyukai kehalusan dalam segala hal” lalu Aisyah r
a menjawab “Ya Rasulullah apakah Anda tidak mendengar ucapan mereka?” dan
Rasulullah menjawab “Bukankah aku sudah menjawab “wa’alaikum (bagi kamu juga)”.
Subhannallah... Rasulullah begitu bijaksana sekali dalam hal apapun dan alangkah lebih baiknya jika kita meneladani ajarannya. Rasulullah... So sweet... sekali... huhuhu ^-^
Subhannallah... Rasulullah begitu bijaksana sekali dalam hal apapun dan alangkah lebih baiknya jika kita meneladani ajarannya. Rasulullah... So sweet... sekali... huhuhu ^-^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar