Jumat, 31 Januari 2014

Bahasa untuk Anak


Kali ini Bunda Deska mau share lagi ni... Alhamdulillah dapat ilmu, mudah-mudahan bermanfaat.
okelah... cap cus, kali ini kita bahas tentang bahasa sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Ayah Bunda tahu? Kenapa sih... mempengaruhi? *pasti sudah terpikirkan semua*. Bahasa terbagi menjadi dua, yaitu bahasa tubuh dan bahasa lisan dan bahasa adalah suatu media penyampaian pesan kita kepada orang lain. Jika kita salah penyampaian maka akan terjadi kesinambungan, kesalahpaham dan terjadilah problem. Jadi, jelas.. jika Ayah Bunda tidak bisa memilih bahasa yang baik untuk anak maka akan terjadi problem terutama jika kesalahan ini terjadi pada anak usia dini, yang dimana mereka berada pada masa keemasan (golden age). Bahasa yang disampaikan jangan sampai ada kata-kata yang mengandung kekerasan dan yang lain sebagainya yang sekiranya kedepannya mengganggu mental anak itu sendiri.
Ada beberapa tips yang perlu dilakukan oleh orang tua, sebagai berikut:
1. Jangan pernah mengatakan yang berbau menakut-menakuti ataupun ancaman
“Dek, kamu itu kalau tidak baca doa sebelum makan, nanti masuk neraka loh...” lalu anak tanya “Neraka itu apa sih bunda?” tentu saja bunda akan menerangkan apa itu neraka bukan? Kurang lebih begini “di neraka itu.. Allah akan menghukum orang-orang yang tidak patuh dan meninggalkan Allah, nanti badannya di sertika, tangannya di potong, minumnya air yang sangat..... panas! Dan badan dibakar dengan api”. Ayah bunda... jika hal ini yang ditunjukan pertama kali pada anak justru akan menanamkan pada jiwa anak bahwa Allah itu jahat, karena anak cenderung berpikir polos karena ketidak tahuan mereka. Lebih baik, ayah bunda menyampaikan dengan kata-kata “Dek, sebelum makan kita berdoa dulu yuk... supaya Allah sayang sama kita”. Dengan begitu, anak akan tertarik terhadap Allah. Kesimpulannya adalah cara membujuk anak dengan cara menakut-menakuti dan sebuah ancaman justru akan mengalami kesalah pahaman yang besar terhadap anak dan akan menggangu mental pada anak itu sendiri.
2. Jangan pernah berkata “JANGAN” pada anak
Seorang anak lahir dengan keadaan yang tidak tahu dengan apa-apa dan dengan seiring berjalannya waktu pasti akan tumbuh jiwa rasa ingin tahu yang sangat besar didalam dirinya. Jadi, biarlah mereka bereksplorasi dengan keingin tahuannya itu tetapi bukan berarti ayah bunda melepas diri, tetaplah mereka dipantau. Dengan begitu anak dapat belajar sesuatu apa yang merugikan untuk dirinya dan sesuatu apa yang menguntungkan untuk mereka. Dalam hal ini juga dapat memunculkan sifat kemandirian anak, contoh: ketika anak ayah bunda berusia 3 tahun, dia memperhatikan bunda mencuci piring, lalu dikemudian hari dia mengikuti bunda. Mencuci piringnya yang baru saja dia pakai, kemudian piring pecah. Jangan sekali-kali ayah bunda memarahinya lalu melarangnya, tetapi berilah pujian terhadapnya “subhannallah... anak ayah bunda rajin sekali, yah... sayang.. piringnya pecah, terimkasih ya.. sayang... sudah membantu ayah bunda”. Kesimpulannya adalah bahwa keinginan seorang anak ditanggapi dengan wajar. Rasa keingin tahuan anak harus di manfaatkan sebaik mungkin dan memang harus dipuaskan dengan jawaban dan tindakan secara bijaksana sebagai orang tua.
3. Berucaplah dengan pengucapan bahasa yang baik dan benar
Maksudnya adalah ketika anak Ayah Bunda belum dapat mengucapkan salah satu huruf seperti huruf R dengan ucapan L, maka sebaiknya Ayah Bunda tetap mengucapkan R. Contoh anak mengatakan ULAL (ULAR) maka sebaiknya Ayah Bunda tetap mengatakan ULAR. Seorang anak yang masih dini masih memiliki pemahaman yang minim, sesuatu yang dilihat dan didengar adalah sesuatu yang menurut mereka harus diikuti. Jadi jika kesalahan ini terus terisi maka akan mengakibatkan kesalahan yang mendatang, jika tidak diperbaiki dan tidak diluruskan. Mungkin... bisa saja anak Ayah Bunda tidak akan pernah mengenal ULAR melainkan ULAL, dan pastinya akan membutuhkan waktu yang lama terhadap pembenaran kosa kata itu sendiri.
4. Jangan pernah MARAH ketika anak selalu mengulang-ulang pertanyaan
Hal ini biasanya terjadi pada anak usia 2-3 tahun, anak akan lebih cenderung terus bertanya dengan apa yang dia lihat. Sebagai orang tua haruslah bijaksana terhadap apapun yang dilakukan anaknya. Contoh, ketika Ayah Bunda hendak pergi berlibur dan naik kereta, anak bertanya “itu apa Bunda? Itu apa Ayah?” satu kali pertanyaan mungkin Ayah Bunda akan menjawab dengan lembut, lalu disusul dengan pertanyaan yang sama, tentu Ayah Bunda akan sedikit mengalami fase menuju kekesalan, lalu disusul pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya, Ayah Bunda akan mengalami kekesalan. Dan itu wajar... tetapi itu bukanlah cara bijaksana jika ditanggapi dengan amarah. Anakpun tidak tahu menau yang dipertanyaankannya secara berulang-ulang akan menimbulkan kekesalan terhadap Ayah Bunda nya sendiri. Anda tahukah? Masa anak usia dini adalah masa pembentukan saraf-saraf otak, Anda tahu SINAPS?. Sinaps pada otak anak itu tipis, karena belum terisi penuh, setiap kali anak bertanya lalu Ayah Bunda menjawab, Sinaps akan membentuk dan menebal. Begitu pula dengan pertanyaan yang berulang-ulang yang dilakukan anak justru akan membawanya pada kebaikan, Insya Allah anak Ayah Bunda akan cerdas. Jadi, seharusnya Ayah Bunda bersyukur... dengan pertanyaan anak yang diulang-ulang bukan dengan memarahinya, karena hal itu juga akan mengganggu mentalnya, bisa saja... anak akan merasa takut untuk bertanya, dan jika anak tidak pernah bertanya dengan apa yang ditemuinya, justru anak tidak akan pernah tahu apa itu atau apa itu yang ditemuinya.
5. Memperjelas kosa kata anak yang diinginkan anak-anak
Contoh anak menangis menginginkan bola yang berada didepan Ayah Bunda untuk dilempar kearahnya, tetapi anak belum dapat mengatakan kata MELEMPAR. Maka Ayah Bunda sebaiknya memperjelas kosa katanya, “Oh... Melempar?”. Hal ini dilakukan supaya anak terlatih dalam berbicara.
Terimakasih karena sudah mampir dan mau membacanya, mudah-mudahan membawa keberkahan tersendiri untuk kita semua. Tips dari segala sesuatunya adalah bahwa Allah menyukai sebuah kelembutan. Jadi, pandai-pandailah berkata dan berbahasa yang baik, Insya Allah kebaikan akan mendatangkan kebaikan. Mudah-mudahan pula Ayah Bunda dapat menjadi orang tua yang bijaksana. Salah satu kisah yang Bunda Deska sukai adalah riwayat dari Aisyah r a. Ketika datang segerombolan orang yahudi dan dengan sengaja menyapa salam yang bukan “Assalamu’alaikum” yang artinya “semoga keselamatan bagimu” tetapi orang-orang Yahudi tersebut menyapa dengan “Assamu’alaikum” yang artinya “kematian bagimu” lalu Aisyah r a menyahut dengan “Bal alaikum assam wa la’nah” yang memiliki arti “Sebaliknya bagi kamulah kematian dan laknat”. Mendengar hal itu Rasulullah pun menegur “Aisyah.. istriku yang solekha.. Allah menyukai kehalusan dalam segala hal” lalu Aisyah r a menjawab “Ya Rasulullah apakah Anda tidak mendengar ucapan mereka?” dan Rasulullah menjawab “Bukankah aku sudah menjawab “wa’alaikum (bagi kamu juga)”.
Subhannallah... Rasulullah begitu bijaksana sekali dalam hal apapun dan alangkah lebih baiknya jika kita meneladani ajarannya. Rasulullah... So sweet... sekali... huhuhu ^-^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar