Selasa, 17 Desember 2013

Beribu-ribu Hikmah Bersama Adik Tercinta


Foto disamping diambil saat kami (saya dan adik) mengalami kesusahan yang benar-benar membawa berkah, mengingatkan pada waktu aku masih kecil bersama adikku. Saat itu saya merasakan bahwa janji Allah itu pasti, dan tanpa diketahui akan kembali pada diri kita, pada apa sebelumnya kita perbuat. Jika kita menyakiti orang maka kita dapat yang setimpal, entah itu secara terang-terangan ataupun secara diam-diam. Diam-diam disini maksudnya adalah bahwa orang tersebut mungkin tidak menyadari apa yang terjadi. Begitupun sebaliknya, jika kita melakukan hal yang baik kita juga akan mendapat sesuatu yang baik pula.

Jadi gini... saya merasa bahwa saya adalah seorang kakak yang payah. Kenapa? Ya... karena saya ingin adik saya bahagia, merasa senang dan terhibur tetapi apa? Saya merasa bahwa saya belum bisa menerima konsekwensinya, yaitu ketika kita menginginkan seseorang itu bahagia, kita harus tahu yang namanya pengorbanan. Jadi waktu itu adik saya berlibur ke Jakarta karena memang dia sedang libur sekolah. Dia saat itu mendapat peringkat satu duduk di kelas 1 SMP (hehehe.. wajah adik saya seperti anak kelas 5 SD ya? Hahaha :D maaf dek..). Wong yang namanya pengen berlibur pasti kan hura-hura bukan? Sedangkan kegiatan saya sendiri itu, ya.. ngajar ya kuliah, ya.. akhirnya capek. Adik ku pun protes, dan merasa bete, katanya “Ah, mba Deska mah...” ngeluh-ngeluh ga jelas begitu adik saya.

Jadi, adik saya itu... tipikal orang yang suka sekali main dan ga betah di rumah. Kegiatannya kalau di rumah ya.. main-main keluar rumah dan kadang tidak meminta ijin terlebih dahulu, mainnya pun bersama anak-anak kecil bukan sepantaran dia jadi dia itu mentor di dalamnya, yang namanya makan juga kudu di perintah kalau lagi ngambek ya perlu disuapin makannya. Saat itu saya benar-benar merasakan “apakah mamah saya merasakan hal seperti ini juga?” dan tersadar juga bahwa banyak sekali pengorbanan-pengorbanan seorang ibu untuk anaknya, agar anaknya tumbuh sesuai yang diharapkan.

Ternyata sifat adik saya pun muncul disini saat berkunjung ke Jakarta, makan kudu diingetin, makan kudu disuapin kalau ngambek, minta sesuatu harus diturutin terus lebih parah lagi saat saya kuliah kemudian saya titipkan adik saya di kakak sepupu. Seusainya saya mampir lagi kan... ngambil adik (hahaha :D ngambil... kaya baju, ngambil. Laundry kali... :D). Ketika sampai saya di suruh kakak sepupu makan dulu, adik saya dan anak kakak sepupu saya main diluar. Saat itu masih terlihat batang hidungnya, ketika saya keluar adik saya dan anak kakak sepupu saya tidak ada, dan pada saat itu juga motor saya sedang dipinjam sama asisten rumah tangga kakak sepupu saya. Saat itu, perasaannya lemas sekali... apalagi ini Jakarta, Astaghfirullah... kacau balau sekali pikiran saya saat itu. Mana motor belum datang datang, saya pun mondar mandir lari kesana kemari tanya kesana kesini saat itu, seketika saya tak tersadar saya meneteskan air mata. Pulanglah... asisten rumah tangga kakak sepupu, saya pun ngomel-ngomel “mba penting nih.. lama banget sih, ngapain aja. Kamu liat adik saya?” bicaraku sambil terisak penuh air mata. Dan tanpa pikir panjang Sayapun mengendari motor keliling kampung, dan ternyata... saat saya kembali sudah ada adik saya sedang ketawa bersama kakak sepupu dan asisten rumah tangganya.

Ternyata eh ternyata adik saya itu keluar main ke warnet sama anak kakak sepupu saya, parahnya adik saya itu malah ijin keluarnya ke asisten rumah tangga kakak sepupu saya dan asisten rumah tangga kakak sepupu saya tidak sempat menyampaikan kepada saya, karena ada sesuatu yang mendadak, dia hanya menyampaikan pada kakak sepupu saya itu. Jadi, saat mereka berdua tahu keadaan saya sedang khawatir, justru mereka berakting untuk membuat saya semakin khawatir dan menangis, akhirnya mereka semuapun berhasil... (hooreee) mengerjai saya. Serta juga berhasil menyadarkanku tentang mamah dan semakin cinta sama mamah, “apakah mamah saya akan merasakan hal seperti ini juga ketika terjadi sesuatu pada anaknya?”

Pengalaman selanjutnya adalah ketika masa libur berakhir, saat itu keadaan ekonomi saya turun drastis. Ya... karena memang ada tambahan biaya, yaitu adik saya. Biasanya makan satu porsi sekarang menjadi dua porsi, disisi lain juga uangnya menipis karena untuk hura-hura menyenangkan adik saya, namanya juga hera... ya jadi suka hura-hura (hehehe maaf dek..). Jadi nama adik saya itu HERA hahaha :D.

Saat berada di terminal lebak bulus,  adik saya itu sedang mengalami mencret (uuhh.. ) otomatis, bolak balik mulu ke kamar mandi, dan mana ada sih... zaman sekarang GRATIS, uang-pun jadi semakin berkurang dan benar dugaan saya, uang sayapun kurang. Sebenarnya sudah beli tiket bus harga ekonomi tak ber-AC, ya.. ngirit ngirit dikitlah.. padahal saya sendiri tidak betah karena pasti banyak orang yang merokok. Ternyata, bus kita itu sedang mengalami kendala di jalan, jadi diharapkan para penumpang untuk membayar uang tambahan, bergantilah bus ekonomi AC, tapi apalah daya.. uangpun tak punya, saat itu kami berkenalan dengan seorang bapak-bapak dan saling bercerita berbagi ilmu saat itu juga saya bilang terus terang kalau uang saya tidak ada dan saya bermaksud menukar tiket itu kembali ke depot bus dengan uang, untuk pengunduran kepulangan ke kampung.  Tapi, karena ini larut malam, sekitar jam 11 malam... bapak itu bermaksud membantu saya dan adik, tapi saya menolak... saya pergi ke depot, tapi ternyata orang penjaga tiket itu pun menaruh belas kasih kepada saya dan adik. Saya merasa malu tapi bersyukur, dan sedikit meneteskan air mata ucapan rasa syukur. Kemudian diperjalanan kami para penumpang, yang hanya sedikit saja penumpangnya waktu itu, bus mengalami kendala dan akhirnya berpindah ke bus yang lebih mewah lagi, yaitu bus yang kursinya sedikit, ada AC, TV, DVD, dan perlengkapan audio lainnya dan yang paling penting adalah bus itu tersedia toilet juga dan jujur ini juga pertama kali saya menaiki bus yang ada toiletnya (katro amat... ya aku hahaha :D). Saat itu, tambahlah air mata aku berlinang tiada henti karena ucapan rasa syukur dan mengingatkan saya dimasa waktu SD dan Hera adik saya belum sekolah, saya pernah mengantarkan seorang nenek-nenek yang saat itu katanya ingin sekali bertemu dengan anaknya tapi dia tidak tahu jalan, sepertinya sudah ling lung atau pikun. Jadi, kedua orang tua aku bekerja dan saya adik di rumah, waktui adalah hari minggu dan mamah saya itu bekerja di pasar jadi tidak ada hari libur sedangkan bapak saya ada keperluan di kantornya. Saat itu nenek itu merasa lapar, jatah uang jajan ku pun ku belikan makanan, terus nenek itu bilang kurang akhirnya ku pakai juga uang jatah jajan adik saya tentunya dengan meminta ijin juga sama Hera, dan ternyata adik saya itu berhati mulia. Saat itu juga pun nenek itu bilang kalau dia sudah lama sekali tidak mengkinang (kinang adalah tradisi jawa, makan daun sirih) tapi uang saya tidak ada, akhirnya saya pun berlari ke rumah simba uti (nenek saya), adik dan nenek itu saya tinggal. “mbah, nyuwun artone.. deska, nemu mbah mbah ling lung kepengen kinang, tapi artone deska telas”. Simbah uti pun memberikan uang padaku dan menyarankan untuk mengantarnya pulang saja dan saya diberi uang lebih oleh simbah uti (jadi kangen almarhum simbah uti... :’( ). Akhirnya saya antar nenek itu menggunakan becak dan nenek itu ternyata menunjukan arah ke panti werdha atau panti jompo Desa Klampok, masuklah aku mengantarnya hanya di batas di pintu gerbang. 

Saat itulah aku merasakan.. bahwa janji Allah itu pasti, bahwa sadaqah itu akan dilipat gandakan pahalanya dan balasannya entah itu kapan waktunya, yang pasti Allah maha bijaksana. Hanya modal tulus ikhlas akan dibalas dengan kendaraan permadani yang indah. Untuk para pembaca, marilah kita hendak bersama-sama untuk saling membantu, untuk saling melakukan hal yang terbaik tanpa harus menyakiti seseorang, dan yang paling terpenting adalah ambillah pelajaran dari setiap pengalaman kita, karena dengan ketika menemukan hikmah kita akan merasakan berkah dan rasa syukur yang mengalir tiada henti. Wasalam... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar