Senin, 02 Desember 2013

Penggunaan Al-Qur'an Bagi Orang yang Beriman

Al-Qur’an adalah firman yang diturunkan Allah Swt dan merupakan buku kehidupan. Instruksi-instruksi bagaimana hidup yang benar dan lurus dijelaskan pada ayat-ayatnya.
Pada hakikatnya, tatkala manusia membaca al-Qur’an, sejatinya ia mengajak Tuhan untuk bercengkerama dengannya. Karena itu, manusia harus berusaha memahami dan mencerap makna firman Allah Swt, lantaran Allah Swt sendiri menyeru manusia untuk bertafakkur dan merenung pada ayat-ayat al-Qur’an.[1]
Namun harus diketahui bahwa seluruh ayat al-Qur’an tidaklah bersifat tunggal dan sejenis dari sisi makna. Sebagian ayat al-Qur’an dapat dipahami oleh segenap orang pada setiap masa dan tempat. Sebagian ayat lainnya mengandung makna yang jeluk dan dalam yang hanya dapat dicerap dan dipahami oleh orang-orang tertentu. Bagian ketiga ayat-ayat al-Qur’an mengandung makna yang lebih dalam lagi yang hanya dapat dipahami oleh kaum elite dari kalangan khusus.
Al-Qur’an menyatakan, “Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamât, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihât. Adapun orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihât untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, “Kami beriman kepada (semua isi) al-Kitab itu, semuanya itu berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang berakal.” (Qs. Ali Imran [3]:7)
Imam Baqir As bersabda, “Rasulullah Saw adalah orang yang terbesar di antara orang-orang yang dalam ilmunya dan mengetahui takwil dan tafsir seluruh yang diturunkan Allah Swt kepadanya. Allah Swt sekali-kali tidak menurunkan sesuatu kepadanya kecuali Dia mengajarkan takwilnya. Nabi Muhammad Saw dan para washinya mengetahui semua hal ini.”[2]
Karena itu, orang-orang yang hidup pada masa maksum As apabila mereka merupakan pakar bahasa al-Qur’an (Arab) dan memahami makna-makna al-Qur’an, maka masing-masing, seukuran dengan kadar keilmuan dan pengetahuan mereka, dapat merujuk secara langsung kepada al-Qur’an dan memahami makna-makna al-Qur’an. Namun karena tingkat pemahaman mereka tidak sederajat dengan tingkat pemahaman Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As, maka untuk memperoleh pemahaman akurat dan subtil, maka mereka harus merujuk kepada Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As dan memperoleh makna-makna dalam ayat-ayat dan takwilnya serta hakikat-hakikat batin al-Qur’an dari mereka. 
 
sumber : http://www.islamquest.net/id/archive/question/fa620

Tidak ada komentar:

Posting Komentar