Al-Qur’an adalah firman yang diturunkan Allah Swt dan merupakan buku kehidupan. Instruksi-instruksi bagaimana hidup yang benar dan lurus dijelaskan pada ayat-ayatnya.
Pada hakikatnya, tatkala manusia membaca al-Qur’an, sejatinya ia mengajak Tuhan untuk bercengkerama dengannya. Karena itu, manusia harus berusaha memahami dan mencerap makna firman Allah Swt, lantaran Allah Swt sendiri menyeru manusia untuk bertafakkur dan merenung pada ayat-ayat al-Qur’an.[1]
Namun harus diketahui bahwa seluruh ayat al-Qur’an tidaklah bersifat tunggal dan
sejenis dari sisi makna. Sebagian ayat al-Qur’an dapat dipahami oleh
segenap orang pada setiap masa dan tempat. Sebagian ayat lainnya
mengandung makna yang jeluk dan dalam yang
hanya dapat dicerap dan dipahami oleh orang-orang tertentu. Bagian
ketiga ayat-ayat al-Qur’an mengandung makna yang lebih dalam lagi yang
hanya dapat dipahami oleh kaum elite dari kalangan khusus.
Al-Qur’an menyatakan, “Dia-lah
yang menurunkan al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada
ayat-ayat yang muhkamât, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyabihât. Adapun orang-orang yang hatinya condong kepada
kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihât untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada
yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata, “Kami beriman kepada (semua isi) al-Kitab itu,
semuanya itu berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil
pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang berakal.” (Qs. Ali Imran [3]:7)
Imam
Baqir As bersabda, “Rasulullah Saw adalah orang yang terbesar di antara
orang-orang yang dalam ilmunya dan mengetahui takwil dan tafsir seluruh
yang diturunkan Allah Swt kepadanya. Allah Swt sekali-kali tidak
menurunkan sesuatu kepadanya kecuali Dia mengajarkan takwilnya. Nabi
Muhammad Saw dan para washinya mengetahui semua hal ini.”[2]
Karena
itu, orang-orang yang hidup pada masa maksum As apabila mereka
merupakan pakar bahasa al-Qur’an (Arab) dan memahami makna-makna
al-Qur’an, maka masing-masing, seukuran dengan kadar keilmuan dan pengetahuan
mereka, dapat merujuk secara langsung kepada al-Qur’an dan memahami
makna-makna al-Qur’an. Namun karena tingkat pemahaman mereka tidak
sederajat dengan tingkat pemahaman Rasulullah Saw dan para Imam Maksum
As, maka untuk memperoleh pemahaman akurat dan subtil, maka mereka
harus merujuk kepada Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As dan
memperoleh makna-makna dalam ayat-ayat dan takwilnya serta
hakikat-hakikat batin al-Qur’an dari mereka.
sumber : http://www.islamquest.net/id/archive/question/fa620
Tidak ada komentar:
Posting Komentar