Rabu, 18 Desember 2013

Fase-fase Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


Ayah Bunda.. fase-fase perkembangan dan pertumbuhan anak adalah hal yang merupakan penting untuk diketahui, kenapa? Karena agar kita tahu harus bagaimana sebagai orang tua untuk anak kita atau untuk anak kita nanti. Perkembangan dan pertumbuhan bisa dilihat secara fisik, intelektual, dan emosional.

A.      Fisik
Pertumbuhan fisik seorang anak memiliki pola yang unik. Secara umum, ada 4 periode pertumbuhan fisik, diantaranya:
1.       Pralahir hingga 6 bulan, di periode ini pertumbuhan berjalan sangat cepat.
2.       Usia selanjutnya melambat dan stabil sampai usia 8-12 tahun.
3.       Usia pubertas 15-16 tahun, pada periode ini pertumbuhan sangat cepat dan lazim inilah yang disebut ledakan masa pubertas.
4.       Periode ke empat adalah masa dewasa, pertumbuhan ini lamban. Tinggi badan biasanya akan tetap sampai tua, namun berat badan masih bisa berubah-ubah.

B.      Intelektual (Kognitif/Akal)
Ayah bunda... pada masa seorang anak usia 0-8 tahun adalah masa golden age atau masa keemasan, saat usia tersebut perkembangan otak sangatlah luar biasa cepatnya, sehingga diharapkan ayah bunda dapat memanfaat keadaan ini yaitu dengan cara memupuk dengan stimulus atau rangsangan-rangsangan yang baik untuk otak, agar kemudian nanti anak kita bisa berkembang sesuai dengan harapan. Tahukah kamu? Pada usia 20 minggu hingga 2 tahun seorang anak, sel-sel otak mengalami proses meilinasi, yakni sel otak dibungkus dengan meilin. Hal ini bisa di ibaratkan sebagai kabel listrik yang jika tidak dibungkus isolator, apakah yang akan terjadi? Hal ini tentunya akan terjadi kosleting. Jadi, dengan adanya meilin pada sel otak membuat orang menjadi berpikir lebih cepat, dan merupakan salah satu kemampuan kognitif yang sangat penting.
Tetapi, stimulus tidak juga tidak akan berkembang dengan baik jika kebutuhan gizi seorang anakpun kurang. Jadi, faktor ini juga penting selain stimulus. Beberapa zat semacam DHA, kolin, asam folat dan juga protein sangatlah menentukan proses pembentukan dan pertumbuhan sel-sel otak. Jadi, sebagai bunda.. pilihlah makanan yang baik untuk anak.
Menurut Piaget, tahapan perkembangan kognitif seorang individu terbagi menjadi 4 tahap, yaitu:
1.       0-2 tahun, pada usia ini seorang individu sudah mengenal tentang ruang, waktu, tempat, sebab-akibat, benda-benda tetap. Di usia ini juga seorang individu berusaha melakukan aktivitas dengan meraba, merasakan, melalui gerakan tangan, mulut atau dengan organ tubuh lainnya.
2.       2-6 tahun, di usia ini seorang individu sudah memiliki  pre-operasi, dengan ciri khas penggunaan aktivitas yang lebih abstrak atau simbolis, seperti menggunakan bahasa dan memahami angka-angka, termasuk operasi matematika sederhana.
3.       6-11 tahun, seorang individu sudah memiliki operasi konkrit yakni ketika anak mulai belajar tentang aturan-aturan, silogisme yaitu menarik sebuah simpulan.
4.       11-15 tahun, ini adalah masa pubertas dimana pada tahap ini anak telah mampu berpikir operasi formal yakni mampu memahami tentang kronologi peristiwa serta logika berpikir proporsional dan juga sudah berpikir secara konseptual abstraksi.

C.      Emosi
Fase perkembangan emosi anak terbagi dalam beberapa masa sebagai berikut:
1.       Usia 0-18 bulan, masa ini adalah ketika anak tergantung penuh kepada orang tua dan orang-orang sekitarnya. Oleh karena itu, perlakuan orang tua dan orang-orang sekitar sangatlah mempengaruhi karakter si bayi.
2.       Usia 18 bulan-3 tahun, pada masa ini biasanya anak sudah bisa berjalan dan melakukan eksplorasi di lingkungannya, hal ini juga membuat anak merasa bebas dan merdeka. Pada usia ini, ayah bunda harap janganlah terlalu sering melarangnya untuk mengekspresikan kebebasannya. Cukuplah ayah bunda mengawasinya saja. Jika orang tua mampu me-menage emosi anak dengan baik, Insya Allah.. ia akan memiliki emosi dengan baik, ke depannya ia akan tumbuh menajadi anak yang merdeka dan mandiri. Misal ketika anak sedang bermain api, biarlah kita melihatnya saja tetapi jika situasinya anak sedang berbahaya barulah ayah bunda bertindak, menghindarkannya dengan sentuhan lembut dan bahasa yang baik.
3.       Usia 3-5 tahun, pada usia ini anak sudah mulai suka bergaul dengan temannya. Hal ini bisa membuat anak mampu mengambil inisiatif dan terampil dalam berinteraksi. Dan biasanya juga pada fase ini akan muncul sahabat imajiner, misalnya anak bercakap dengan mainannya sendiri, pada saat ini biarkan saja anak bercakap-cakap dengan sahabat imajinernya.  Jadikanlah peran sahabat imajiner  adalah sebagai entry point untuk menanamkan nilai-nilai islami. Misal anak bunda menyukai film kartun DORA, hal ini bisa dimanfaatkan yaitu dengan cara bunda menceritakan tentang DORA, bahwa dia adalah seorang anak yang periang, senang membantu orang tua dan orang lain, bahkan DORA adalah anak yang muslimah suka sekali dengan jilbab yang dipakainya dan rajin mendoakan kedua orang tuanya.
4.       Usia 5-12 tahun,  pada fase ini anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang mengendalikan suatu pekerjaan, juga konsep keadilan dan rahasia. Dalam fase ini bunda bisa mengajarkan anak bunda dengan menceritakan rahasia-rahasia kecil, misalnya “ssstt... besok ulang tahun ayah, kita buat kejutan untuk ayah yuk.. “. Jika pada fase ini berjalan dengan baik, keterikatan antara orang tua dan anak semakin kuat dan anak pun Insya Allah akan terdorong untuk menceritakan rahasia-rahasianya kepada orang tua. Orang tua menjadi sasaran curhat bagi mereka. Jadi, kesimpulannya pada usia ini kebutuhan privasi anak juga semakin bertambah. Sehingga, kebutuhan akan ruang pribadi itu harus bunda penuhi. Tanamkan juga sifat-sifat untuk saling menghargai, misalnya tempat tidur, atau barang-barang milik pribadi atau lokasi-lokasi yang khusus menjadi gua baginya, sekiranya bunda perlu menghargai privasi itu. Termasuk ketika anak bergaul dengan teman-temannya dan ketika ego seorang anak pun muncul, sebaiknya bunda secara bijak tidak menghakiminya sebagai egois. Seorang anak pada fase ini memang telah memahami keadilan tapi sifat kata “AKU” pada fase ini tidak bergeser. Dan pada masa ini juga, sahabat imajiner seorang anak telah pudar.
5.       Usia Remaja (Pubertas)
Pada fase ini anak sudah merasa ingin bebas lepas merdeka. Dan ia juga sudah bisa mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan serta mampu mencari solusi atas perselisihan dengan cara digunakan dengan orang dewasa. Ia sudah mampu memahami posisinya dalam bermasyarakat, dalam fase ini yang paling menonjol adalah ciri khas lelaki dan perempuan sudah mulai tampak, yang juga disertai dengan ketertarikan terhadap lawan jenis. Dan pada fase ini keterikatan seorang anak dengan orang tua akan bisa sedikit berkurang, karena anak pada fase ini anak lebih percaya dengan teman. Jika ayah bunda tidak dapat menyesuaikan dengan pola pikirnya remaja, dalam artian “tidak gaul” maka anak semakin enggan berinteraksi dengan orang tuanya.
Anak remaja cenderung senang sekali berdiskusi dan berdebat, bahkan membantah. Ia telah merasa menjadi orang dewasa yang bisa mengambil pilihan sendiri. Oleh karenanya diharapkan ayah bunda lebih banyak memberi kelonggaran atau kebebasan untuk menentukan pilihannya meski ayah bunda tidak lantas berlepas diri darinya. Orang tua yang otoriter cenderung tidak akan berhasil mengarahkan anak untuk mengoptimalakan potensinya. Jika anak sukses di satu bidang, bisa di pastikan tidak sukses di bidang-bidang yang lain.
Ajari pula anak untuk merencanakan masa depannya dengan posisi ayah bunda bukan sebagai hakim atau guru, tetapi lebih kepada SAHABAT. Jadi jangan terlalu cerewet dengan terus menerus menasehati secara formal, bahkan mendiktenya.

Sudah segitu sajalah.. postingan lanjutan dari Parenting-Bab Menjadi Calon Seorang Ibu yang Kaya Akan Ilmu Mendidik Anak, mudah-mudah bunda bisa menjadi seorang bunda yang bijaksana dalam mendidik anaknya dan untuk calon bunda, hendaklah cari ilmu sebanyak-banyaknya tentang bab sebelum, menjelang dan sampai saat ketika mempunyai anak, agar bisa menjadikan diri kita sebagai perempuan yang masih terbungkus dalam fitrahNYA. Allahumma Aamiin... dan untuk seorang ayah, hendaklah memimpin keluarga dengan baik, saran dari Bunda Deska.. kalau bisa ayah ketika pulang kerja berilah oleh-oleh buku bagaimana cara mendidik anak untuk istri ayah dan untuk ayah sendiri, agar suatu kekeluargaan tercipta tetap dalam berkahnya yaitu menuju sakinah, mawadah dan warahmah. Untuk calon ayah juga.. hendaklah mencari ilmu tentang bab bagaimana menjadi seorang ayah yang baik, dengan begitu Insya Allah seorang calon ayah dan seorang calon bunda bisa memilih calon pasangan dengan kriteria yang menurut calon ayah bunda itu baik, Allah berfirman:


Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”. (Q.S An-Nur : 26)

Jadi, hendaklah para calon ayah bunda cari ilmu sebanyak-banyaknya yah... dan jadikan diri kita sebagai seorang yang baik agar kita pula mendapat pasangan yang baik pula. Allahumma Aamiin...

INGAT! Anak adalah investasi dunia maupun akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar