Entah apa yang
sedang aku rasakan... tiba-tiba rasa laparpun datang begitu saja. Bingung,
ingin mencari makanan di malam hari, motor sedang dipinjam, mau keluar mau
jalan kaki saja malas rasanya. Tapi ternyata rasa laparku mengalahkan rasa
malas. Akhirnya ku putuskan berjalan kaki, kulihat tukang lontong sate madura
masih menjajakan dagangnya di depan rumahnya, sekarang jam 21.05 WIB. “pak, mau
dong.. lontong satenya.. sepuluh ribu saja ya... faris mana pak?” Faris adalah
anak dari tukang lontong sate itu, usianya sekitar tiga tahun lebih, “Farisnya
tidur itu... sama emaknya”. “siapa itu? Mba Deska ya? Masuk mba...” kata istri
tukang lontong sate. “Assalamualaikum... farisnya tidur ya bu? Wah, sedang ada
tamu... Mbah, neneknya faris?” kataku dan beranjak masuk bersalaman dengan
nenek faris, “Mbah, mriki tiambek mbah?” ku tanya pada nenek faris. “ora, karo
ponakan sing neng pasar minggu” jawabnya dengan lugas bahasa tegal. Jadi, ibu
faris itu dari tegal yang menikah dengan bapak tukang lontong sate yang berasal
dari madura. Di dalam rumahnya serambi menunggu sate ayam selesai di bakar, aku
berbincang-bincang dengan ibu yang sedang menepok-nepok punggung dan menimang
faris yang sedang tidur lelap serta nenek faris yang baru saja datang dari
tek... gal! *medok ceritanya hahaha* . Aku memang kenal dekat dengan mereka,
karena kebetulan mereka masih bersaudara dengan teman kontrakanku si Desol
alias si Desi *hahaha.. Desol, mesin kali ya... Desol?*. Kembali ke lep.. top? *gaya
tukul*
Jadi, yang
dimaksud slentingan telinga itu.. di dalam pembicaraan kita-kita nih.. para
parubaya kecuali aku yang masih baby face bersama faris *ngalem dewek*
membicarakan sesuatu hal yang membuat sedikit aku tertawa tapi lebih banyak
bersedih *why?* ya.. karena aku laper... hiks.. belum mateng-mateng itu sate...
L hohoho ga ga ga..
bukan bukan, bukan itu...
Jadi gini loh.. ibu faris dan nenek faris sedang membicarakan kakaknya faris yang sekarang di tinggal di tegal sendiri, usianya masih setara kelas 2 SMP. Kata ibu faris... kakak faris itu punya teman yang memang keadaan ekonominya belum seberuntung dirinya sehingga putus sekolah hanya selesai sampai eS eD *SD maksudnya... he* , katanya mereka bersahabat lama, karena putus sekolah temannya pun akhirnya memutuskan bekerja dan katanya hasil uang pertama keringatnya membelikan baju untuk kakak faris dan keluarganya *Subhannallah... dermawan sekali* tapi ada sayangnya... ternyata dibalik itu semua teman kakak faris mempunyai ayah yang memang keadaan psikisnya terganggu *nah.. itu alasan pertama yang bikin hatiku hancur dan menangis yang membuat semakin otakku terbuka cakrawalanya* timbullah pemikiran kata “pantes saja... putus sekolah” padahal kata ibu faris yang dapat kabar dari kakak faris, kalau dia itu sebenarnya punya semangat untuk bersekolah. Tapi apalah daya... mungkin Allah belum kuasa, tapi tenang saja... sekolah itu hanya formalitas saja kok.. yang menentukan nasib kita kedepan bukanlah sekolah tapi ilmu, ilmu yang bisa mengantarkan kita ke dunia dalam keadaan sejahtera dan ilmu juga yang dapat mengantarkan kita ke kemerdekaan di alam yang kekal, siapa lagi kalau bukan akherat namanya dan surga lebih tepatnya *bagi orang2 yang beriman* Nah... kakak faris itu juga katanya sering memberikan masuk-masukan nasehat ke temannya itu *nasehat kan juga ilmu* mereka berdua saling melengkapi satu sama lain *Subhannallah.. indahnya*.
Jadi gini loh.. ibu faris dan nenek faris sedang membicarakan kakaknya faris yang sekarang di tinggal di tegal sendiri, usianya masih setara kelas 2 SMP. Kata ibu faris... kakak faris itu punya teman yang memang keadaan ekonominya belum seberuntung dirinya sehingga putus sekolah hanya selesai sampai eS eD *SD maksudnya... he* , katanya mereka bersahabat lama, karena putus sekolah temannya pun akhirnya memutuskan bekerja dan katanya hasil uang pertama keringatnya membelikan baju untuk kakak faris dan keluarganya *Subhannallah... dermawan sekali* tapi ada sayangnya... ternyata dibalik itu semua teman kakak faris mempunyai ayah yang memang keadaan psikisnya terganggu *nah.. itu alasan pertama yang bikin hatiku hancur dan menangis yang membuat semakin otakku terbuka cakrawalanya* timbullah pemikiran kata “pantes saja... putus sekolah” padahal kata ibu faris yang dapat kabar dari kakak faris, kalau dia itu sebenarnya punya semangat untuk bersekolah. Tapi apalah daya... mungkin Allah belum kuasa, tapi tenang saja... sekolah itu hanya formalitas saja kok.. yang menentukan nasib kita kedepan bukanlah sekolah tapi ilmu, ilmu yang bisa mengantarkan kita ke dunia dalam keadaan sejahtera dan ilmu juga yang dapat mengantarkan kita ke kemerdekaan di alam yang kekal, siapa lagi kalau bukan akherat namanya dan surga lebih tepatnya *bagi orang2 yang beriman* Nah... kakak faris itu juga katanya sering memberikan masuk-masukan nasehat ke temannya itu *nasehat kan juga ilmu* mereka berdua saling melengkapi satu sama lain *Subhannallah.. indahnya*.
Jadi, ayah
teman kakak faris itu katanya suka sekali main remi atau semacam perjudian,
dalam cerita katanya sih... dulu ayah teman kakak faris seorang santri di salah
satu pondok pesantren Indonesia, katanya juga sih... ayahnya itu amat rajin
ibadah dan tidak meninggalkan sholat 5 waktunya tapi sekarang berubah *ini
alasan kedua kenapa aku bersedih* nah, loh? Gimana dengan ibunya? Ibunya itu
katanya sekarang kondisinya sedang banyak terjepit dengan hutang-hutangnya
*alasan ketiga, kenapa aku bersedih karena aku tidak bisa membantu kecuali doa,
mudah-mudahan diberi kelapangan dan ketabahan untuk ibu teman kakak faris dan
bisa menyelesaikan urusannya segera Allahumma Aamiin...* tapi, aku juga
berpikir flashback loh... tentang karakter teman kakak faris itu yang uang
pertama hasil keringatnya kok bisa untuk hal-hal membeli itu semua padahal
ibunya kan sedang banyak terjepit hutang, mungkin bersisa kali ya.. uangnya *sedikit
heran banyak terkagum* inilah salah satu karakter bisa dilihat bahwa dia selain
dermawan juga tipikal orang yang rela dirinya menderita demi membungahkan dan
membahagiakan temannya dan keluarganya *subhannallah...*
Kegilaan ayah
teman kakak faris berikutnya adalah katanya genting-genting rumahnya di lepas
semua dari kegunaannya, sehingga rumahnya tak beratap *stadium akut ini*selain
itu juga baju-baju di lemarinya dikeluarkan semua dan dijual keliling, dan
membawa kerbau milik tetangga untuk dijual secara terang-terangan diambilnya di
depan pemilik kerbau itu, tapi masyarakat tidak mengadilinya karena dengan
alasan masyarakat menyadari bahwa ayah teman kakak faris itu gila. Dari hal ini
bisa aku lihat, bahwa sebenarnya ayah teman kakak faris tidak gila, hanya saja
sedang mengalami tekanan yang memang datang dari dalam dirinya, dan masalah
mengambil kerbau secara terang-terangan itu adalah sebagai wujud tekanan juga
yang memang datang dari sugesti masyarakat yang menganggap gila dan artinya
bahwa ayah teman kakak faris itu sudah terpengaruh lingkungan masyarakat yang
mensugestikan bahwa dia gila sehingga dia menganggap dirinya sendiri gila dan
akhirnya kegilaannya pun semakin bertambah, inilah yang disebut fase pemikiran
negatif banyak mempengaruhi. Disini juga bisa kita ambil hikmahnya yaitu
sesungguhnya suatu penyakit itu datang dari dalam rohani kita, entah itu
penyakit fisik maupun batiniyah, itu sebabnya mengapa sekarang banyak
habib-habib melakukan terapi penyembuhan suatu penyakit dengan mengandalkan
alam bawah sadar untuk menormalkan pemikiran yang dahulunya negatif menjadi
positif.
Slentingan telinga yang membuat aku sedikit tertawa adalah... *eng ing eng.. tradada.. dada..* Ibu faris bilang “ayahnya itu gila, jadi dulu dia di pondok mengamalkan suatu ilmu atau hadist atau apalah itu, terus ada ayat satu yang tertinggal jadi dia gila.. mungkin karena ga kuat juga kali ya.. buat mempelajarinya”. *etdah... hahahaha :D simbok.. simbok.. simbok larapatek ditambahi mberek mberek plekentung enggrek hahahaha :D* disini juga aku ajukan pertanyaan pada Ibu faris “Tau darimana bu? Ikut mengamalkan juga? *pertanyaan yang tidak sopan kepada orang tua, jangan ditiru ya... nanti kalian cukup senyum saja dan menjelaskan* dan kenyataannya ternyata masih banyak PR Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, buktinya masih banyak orang awam yang masih mempercayai tahayul dan juga PR mencerdaskan kehidupan sosial ibu rumah tangga *hahahaha :D* agar tidak termakan gosip *gubrraaakkk..*
Slentingan telinga yang membuat aku sedikit tertawa adalah... *eng ing eng.. tradada.. dada..* Ibu faris bilang “ayahnya itu gila, jadi dulu dia di pondok mengamalkan suatu ilmu atau hadist atau apalah itu, terus ada ayat satu yang tertinggal jadi dia gila.. mungkin karena ga kuat juga kali ya.. buat mempelajarinya”. *etdah... hahahaha :D simbok.. simbok.. simbok larapatek ditambahi mberek mberek plekentung enggrek hahahaha :D* disini juga aku ajukan pertanyaan pada Ibu faris “Tau darimana bu? Ikut mengamalkan juga? *pertanyaan yang tidak sopan kepada orang tua, jangan ditiru ya... nanti kalian cukup senyum saja dan menjelaskan* dan kenyataannya ternyata masih banyak PR Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, buktinya masih banyak orang awam yang masih mempercayai tahayul dan juga PR mencerdaskan kehidupan sosial ibu rumah tangga *hahahaha :D* agar tidak termakan gosip *gubrraaakkk..*
oya, satu lagi
hikmahnya... disini juga bisa kita lihat bahwa orang berilmu itu lebih utama
ketimbang orang yang ahli ibadah tapi tidak berilmu. Bisa kita terawang melalui
yang dialami ayah teman kakak faris itu *Astaghfirullah.. bukan aku dzuudhan
dengan memvonis* eh, tapi belum tentu juga ding... barangkali selama sholatnya
dulu itu tahu bacaan-bacaan sholat secara faseh, tapi belum tentu juga ding...
ada juga orang yang tahu teorinya tapi tidak tahu apa maksud teori itu, mungkin
lebih berpikiran kepada yang penting hafal tanpa direnungi secara dalam arti
harfiah doa itu, padahal doa itu juga wujud petunjuk. *alah... galau sayanya
jadinya, bahasanya jadi amburadulnya*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar